waktu

Rabu, 26 Desember 2012

Dimanakah Al-Mu’tasim Hari Ini ???

Dahulu, di masa keemasan Islam, ada seorang teladan abadi sepanjang masa. Dia adalah khalifah al-Mu’tasim, khalifah Bani Abbasiyah (833-842 Masehi). Dialah yang menyambut seruan seorang muslimah yang dilecehkan tentara Romawi dengan mengirimkan pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah dan melibas seluruh tentara kafir Romawi di sana hingga bebaslah sang muslimah tadi dari tawanan Romawi. Kini, ketika ribuan muslimah dan muslim ditawan tentara-tentara kafir, dimanakah Al-Mu’tasim hari ini? Teladan Heroik Pejuang Muslim Kisah heroik Al-Mu’tashim dicatat dengan tinta emas sejarah Islam dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tahun 223 Hijriyyah, dalam judul Penaklukan kota Ammuriah. Ketika itu, al-Mu’tasim, khalifah di masa Bani Abbasiyah, sedang memegas gelas untuk minum ketika didengarnya seorang muslimah dilecehkan oleh tentara Romawi. Khalifah pun langsung berseru kepada panglima perangnya agar bersiap menuju Ammuriah, tempat dimana muslimah tersebut berteriak meminta tolong. Konon, muslimah itu keturunan Bani Hashim dan sedang berbelanja di sebuah pasar di kawasan negeri di bawah kekuasaan Romawi, di utara benua Asia, yakni tepatnya di kota Ammuriah, kawasan Turki hari ini. Di saat sedang berjalan itulah, sang muslimah diganggu oleh seorang lelaki Romawi dengan menyentuh ujung jilbabnya hingga dia secara spontan berteriak : “Wa Mu’tashamah….!!!” Yang juga berarti “Dimana kau Mu’tasim…Tolonglah Aku” Teriakan muslimah tersebut akhirnya sampai ke telinga Khalifah al-Mu’tasim. Puluhan ribu tentara pun digelar mulai dari gerbang ibukota di Baghdad hingga ujungnya mencapai kota Ammuriah. Pembelaan kepada muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi. Catatan sejarah menyatakan bahwa ribuan tentara Muslim bergerak di bulan April, 833 Masehi dari Baghdad menuju Ammuriah. Kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi. Hanya seorang Muslimah yang dilecehkan kafir Romawi dan berteriak ‘Wahai Mu’tasim” maka sang khalifah tersentuh hatinya dan terbakar ghiroh Islamnya sehingga dilancarkanlah serangan penaklukan ke Ammuriah hingga sang Muslimah akhirnya bisa dibebaskan. Allahu Akbar! Sejak Dahulu Kaum Muslimin Wajib Dibela! Pada zaman Nabi Muhammad SAW, dikisahkan ada seorang tukang emas Yahudi Bani Qainuqa menganiaya kehormatan seorang Muslimah dengan mengikat pinggir bajunya sehingga menyebabkan tubuhnya tersingkap. Saat itu, seorang pria Muslim kebetulan berada di sana dan membunuh orang Yahudi itu. Kemudian orang-orang Yahudi membalas dengan membunuh orang muslim itu. Keluarga pria itu memanggil kaum Muslimin untuk membantu dan Nabi SAW., mengirimkan pasukan melawan mereka dan setelah 15 hari pengepungan seluruh suku Bani Qainuqa diusir dari Madinah. Subhanallah! Di masa Khalifah Umar bin Abdul-Aziz, beliau pernah mengirim surat kepada para tahanan perang Muslim di Konstantinopel. Beliau mengatakan kepada mereka: “Kamu menganggap dirimu sebagai tahanan perang. Padahal kamu bukan tahanan perang. Kamu terkunci di jalan Allah. Aku ingin kamu tahu bahwa setiap kali aku memberikan sesuatu kepada kaum Muslim, aku memberikan lebih banyak untuk keluarga kamu dan aku mengirimkan sekitar 5 dinar untuk setiap salah satu dari kamu dan seandainya bukan karena aku takut bahwa diktator Romawi akan mengambilnya dari kalian, aku akan mengirimkan lebih. Aku juga telah mengirim banyak untuk menjamin pembebasan setiap salah satu dari kalian tanpa memikirkan berapa biayanya. Jadi bersukacitalah! Assalamu Alaikum. “ Dimanakah Al-Mu’tasim Hari Ini? Kini, berapa banyak Muslimah yang dilecehkan kehormatannya oleh kuffar ? Berapa banyak Muslimah yang berteriak meminta tolong dari kedzoliman yang dideritanya? Berapa banyak kaum Muslimin yang ditawan pemerintahan kafir maupun pemerintahan murtad ? Bukankah sudah terdengar teriakan mereka dari penjara di Guantanamo (Cuba), Abu Gharib (Irak), Bagram (Afghanistan), Gaza (Palestina) Nusa Kambangan (Indonesia), dan penjara-penjara Amerika dan Inggris di seluruh dunia. Dimanakah Al-Mu’tasim hari ini? Bukankah saudari Muslimah kita Afia Siddiqui sudah berteriak meminta pertolongan dari penjara pemerintahan Pakistan? Juga saudara Muslimah kita, Putri Munawaroh berteriak meminta pertolongan dari kedzoliman penjara Mako Brimob? Bukankah Rasulullah SAW., bersabda, “Berikanlah makan pada seseorang yang merasa lapar, kunjungilah seseorang yang sakit dan bebaskanlah seseorang yang ditawan.” Beliau SAW., juga bersabda, “Adalah sebuah kewajiban bagi Muslim dari harta mereka untuk membebaskan orang-orang yang berada dalam tahanan dan membayar tebusan.” Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Jika mereka menahan seorang Muslim, adalah sebuah kewajiban kita untuk tetap memerangi mereka sampai mereka membebaskan mereka atau mereka di musnahkan,” dan dia juga berkata, “Membebaskan Muslim dari tahanan adalah salah satu kewajiban yang besar dan membelanjakan kekayaan untuk membebaskan mereka adalah salah satu bentuk mendekatkan diri kepada Allah yang paling baik.” Sahabat Umar Ibnu Khattab RA berkata, “Bagiku membebaskan seorang Muslim yang berada ditangan Musyirikin lebih aku sukai daripada seluruh Jazirah Arab.” (Shahih Shahabi Jilid. 3). Sejarah Islam telah menorehkan dengan tinta emas kisah-kisah heroik dan tauladan abadi dari mereka-mereka yang membela kehormatan kaum Muslimin yang ditawan musuhnya. Khalifah al-Mu’tasim adalah salah satu contoh yang paling fenomenal dalam menanggapi panggilan seorang Muslimah yang didzolimi kaum kafir. Kini, kaum Muslimin di pelbagai penjuru dunia banyak dilecehkan dan ditawan di banyak penjara kaum kuffar. Lalu, dimanakah al-Mutasim hari ini? Wallahu’alam bis showab! (arrahmah.com) ( http://kisahislami.com/dimanakah-al-mutasim-hari-ini/ )

Rabu, 31 Oktober 2012

Tiga Bekal untuk Para Pemuda

Seorang yang memegang misi panjang, tentu menyiapkan bekal menjadi hal amat penting. Demikian pula dengan pemuda yang sudah sadar akan peran sebenarnya di tengah sekumpulan makhluk Allah lainnya. Bekal di sini tak cukup hanya mencakup finansial saja. Justru bekal non fisiklah yang terbukti membuat banyak pejuang dan para pendahulu kita berhasil dalam misinya. Bang Porkas (2012) menuturkan setidaknya ada tiga bekal yang patut diusahakan berada dalam genggaman pejuang muda, yaitu at-tarbiyah al-fithriyah, al-‘ilmu wa al-hikmah, dan asy-syakhshiyah al-qiyaadiyah.

1. At-Tarbiyah al-Fithriyah (Pendidikan Jiwa) Makna at-tarbiyah al-fithriyah di sini sama dengan at-tarbiyah al-islamiyyah, karena pada dasarnya fitrah dan jiwa manusia ialah sebagai seorang Muslim yang mentauhidkan Allah SWT. Adapun pokok kegiatan di dalamnya ialah pembinaan kesadaran, pemahaman, dan karakter keislaman serta pengasahan potensi seorang Muslim. Seluruh rangkaian proses tersebut tentu tak berhenti di titik menjadi pribadi yang shalih individu, namun dituntut menjadi pribadi yang shalih sosial pula. Artinya, salah indikator keberhasilan proses at-tarbiyah al-islamiyyah seseorang ialah sejauh mana kontribusi yang bisa dia berikan untuk umat di sekelilingnya. Adapun tindakan kongkretnya ialah berupa mujahadah (berupaya sungguh-sungguh) untuk senantiasa istiqamah dalam menambah kapasitas keilmuan, amal, serta meningkatkan skill penunjang misi. Jadi, pendidikan jiwa di sini mencakup tak hanya tazkiyatun nafs, tapi banyak hal lain yang membentuk kepribadian seorang Muslim yang utuh.

2. Al-‘Ilmu wa al-Hikmah (Ilmu dan Kebijaksanaan) Selain keilmuan agama, keilmuan umum pun menjadi syarat yang tidak bisa diabaikan oleh para pengemban amanah masa depan. Masyarakat yang menjadi target kita tentu akan lebih respect manakala memiliki satu atau lebih disiplin ilmu yang kita kuasai. Peluang inilah yang membantu tersampainya setiap pesan kebenaran yang membangun. Lain keilmuan, lain pula kebijaksanaan. Perlu dicatat di sini bahwa jangan sampai sebagai generasi muda kita terlampau berlebihan. Hal ini sebenarnya tidak wajar karena hakikat seorang pemuda ialah penuh dengan semangat yang menggebu, tidak apatis. Dan kebijaksanaan di sini sebaiknya kita tarik ke arah keseimbangan antara perhitungan yang matang dan semangat membumikan kebenaran di lingkungan kita. Jadi, tidak ada dalih bagi pemuda untuk menjadikan tameng sikap bijaksana untuk tidak bergerak. Demikian pula jangan sampai gerak-gerik perbaikan itu dilakukan serampangan tanpa adanya pertimbangan.

3. Asy-Syakhshiyah al-Qiyaadiyah wa al-Jundiyyah (Pribadi Pemimpin dan Prajurit) Pemuda dengan pribadi ganda (pemimpin sekaligus prajurit) pun ternyata amat penting guna memuluskan agenda kita. Hal ini berkaitan dengan pencapaian misi bersama dalam sebuah jamaah atau perkumpulan. Ada kalanya kita memang diperlukan untuk menjadi pimpinan dan pionir. Namun, suatu saat kita pun harus siap menjadi prajurit atau yang dipimpin. Perpindahan peran seperti ini tentu dilakukan bukan sekadar formalitas, namun demi tercapainya tujuan dengan baik. Kita sebaiknya tampil menjadi pimpinan saat memang itu adalah bidang yang kita kuasai dan dikhawatirkan tidak maksimal bila dipegang orang lain. Tapi, ketika pada saatnya sebuah tugas itu bukan merupakan bidang kita ada orang lain yang bisa melakukannya, maka kita menjadi yang dipimpin adalah pilihan utama. Apalagi jika kita kaitkan hal ini dengan regenerasi atau distribusi tugas, maka shifting position ini amat penting adanya. Tepat sekali jika orang bijak mengatakan bahwa kepemimpinan sejati itu bukan perkara posisi, namun perkara kontribusi. Sekali lagi, bahwa segala mujahadah kita sebagai generasi mudah melalui rangkaian bekal di atas harus mendapat perhatian khusus. Alangkah dekatnya kemenangan itu jika bekal sudah kita genggam dan peran sebagai pemuda harapan masa depan sudah kita tempuh dengan amat baik. Akhirnya, kita harus sadari bahwa hal itu tentu bukan perkara mudah, namun bukan berarti tak mungkin. —

Disarikan dari materi “Peran Pemuda dalam Membangun Bangsa” oleh Porkas Halomoan (mantan Ketua Rohis UI; inisiator berdirinya Salam UI; Mantan pengurus departemen Kaderisasi KAMMI Pusat; dan Direktur PT Azhar Tri Daya) dalam agenda Mabit FSLDK Jadebek di Masjid Baitul Ihsan kompleks Bank Indonesia, Jakarta pada hari Sabtu-Ahad, 9-10 Juni 2012.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/21344/tiga-bekal-untuk-para-pemudatiga-bekal-untuk-para-pemuda/#ixzz2AwYLtEEC